Selasa, 08 April 2014

Proposal Penelitian Pemalak Manuk A'pak



BENTUK DAN MAKNA PEMALAK MANUK A’PAK
(Studi Kasus tentang Makna Teologi Hindu di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat)

BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang Masalah
Agama Hindu di Indonesia adalah agama yang sarat dengan upacara agama Hindu. Upacara agama Hindu merupakan salah satu aspek ajaran Agama Hindu, disamping tattwa dan etika; ketiganya disebut tri kerangka Agama Hindu. Upacara Agama Hindu adalah penciri dominan bagi umat Hindu di Indonesia. Sehingga bisa dikatakan, umat Hindu lebih mudah diidentifikasi dari  aspek upacara agama Hindu. Pelaksanaan upacara Agama Hindu di Bali dapat dijumpai setiap hari dalam berbagai jenis, tingkat, mapun wilayah pelaksanaannya. Jenis upacara Agama Hindu meliputi : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusia Yadnya, dan Bhuta Yadnya. Masing-masing upacara Agama Hindu tersebut  dilaksanakan menurut tingkatannya, yaitu : tingkat kecil (nista), tingkat menengah (madya), maupun tingkat besar (utama).  Jenis dan tingkat upacara agama Hindu di laksanakan di rumah tangga (merajan), dadia, Kahyangan tiga, Dang Kahyangan, dan Kahyangan Jagat.
Pelaksanaan upacara Agama Hindu di satu daerah berbeda dengan di daerah lain. Perbedaan itu, antara lain diakibatkan oleh tradisi dan budaya yang dimiliki setiap daerah dimana agama Hindu berkembang. Bali sebagai pulau yang mayoritas penduduknya pemeluk agama Hindu pun memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-beda, misalnya upacara agama Hindu di Bali selatan akan berbeda dengan di Bali utara, dengan Bali timur, ataupun dengan Bali barat. Akibat perbedaan budaya dan tradisi tersebut, maka upacara dewa yadnya di Bali selatan akan berbeda dengan upacara dewa yadnya di Bali utara, dengan Bali timur, atapun dengan Bali barat. Demikian juga dengan umat Hindu dari suku yang non Bali, seperti Toraja, Dayak, Jawa, ataupun Batak Karo, sudah pasti memiliki upacara agama Hindu yang sangat berbeda dengan upacara agama Hindu di Bali.
Perbedaan-perbedaan upacara Agama Hindu di berbagai daerah dan suku di Indonesia belum banyak diketahui, baik oleh umat Hindu sendiri maupun dari umat beragama lain. Sehingga ada kesan, upacara agama Hindu selalu identik dengan upacara agama Hindu menurut budaya dan tradisi Bali. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan upacara agama Hindu di diberbagai etnis di Indonesia belum banyak yang tertulis seperti yang ada di Bali. Buku-buku tentang upacara agama Hindu sebagian besar hanya memuat tentang upacara Agama Hindu menurut budaya dan tradisi Bali. Begitu juga dengan materi pembelajaran agama Hindu di lembaga pendidikan formal, belum banyak yang memuat informasi tentang upacara agama Hindu menurut budaya dan tradisi non Bali.
Umat Hindu di Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat memiliki upacara agama Hindu sesuai dengan tradisi dan budaya Aluk Todolo. Pemeluk Aluk Todolo merupakan etnis Toraja yang mendiami Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Tator dan Kabupaten Tator Utara di Propinsi Sulawesi Selatan. Upacara Agama Hindu menurut budaya dan tradisi Aluk Todolo sangat berbeda dengan upacara agama Hindu di Bali. Perbedaan itu, nampak dalam penggunaan bahasa, sarana upacara, waktu pelaksanaan, pemimpin upacara, tata cara pelaksanaan, dan aspek-aspek upacara lainnya.
Salah satu upacara Agama Hindu menurut budaya dan tradisi Aluk Todolo adalah pemalak manuk a’pak. Upacara ini dilaksanakan oleh umat Hindu dari etnis Toraja Barat di beberapa kecamatan di Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat, yaitu : Kecamatan Messawa, Kecamatan Sumarorong, Kecamatan Nosu, dan Kecamatan Pana’. Umat Hindu di empat kecamatan tersebut meyakini dan melaksanakan pemalak manuk a’pak sesuai dengan budaya dan tradisi yang dianut di masing-masing wilayah. Secara garis besar ada tiga varian pemalak manuk a’pak di empat kecamatan tersebut, yaitu : (1) varian Kecamatan Messawa, (2) varian Kecamatan Sumarorong, dan (3) varian Kecamatan Nosu dan Pana’.
Keberadaan sumber ajaran pemalak manuk a’pak masih dalam bentuk sastra tutur sampai saat ini. Umat Hindu yang mengetahui ajaran pemalak manuk a’pak sangat sedikit, hanya tokoh-tokoh Aluk Todolo dan orang-orang yang menekuni ajaran Aluk Todolo yang mampu menguasai, memahami dan menuturkannya. Sedangkan umat Hindu pada umumnya hanya mengetahui melalui penuturan tokoh-tokoh Aluk Todolo dalam waktu-waktu tertentu.
Pemalak manuk a’pak memiliki kemiripan dengan upacara galungan di kalangan Hindu dari Etnis Bali (Nanduq, 1995 : 35). Kemiripan antara pemalak manuk a’pak dengan upacara galungan terletak pada periode pelaksanaan dan makna mitologinya. Seperti upacara galungan di kalangan Umat Hindu dari etnis Bali, pemalak manuk a’pak dilaksanakan enam bulan sekali, hanya saja bulan pelaksanaanya berbeda. Waktu pelaksanaan pemalak manuk a’pak jatuh antara bulan Mei sampai dengan  Juni dan antara bulan Nopember sampai dengan Desember. Sedangkan mitologi pemalak manuk a’pak dan upacara galungan, keduanya mengandung makna pertarungan antara dharma (kebenaran) melawan adharma (ketidakbenaran), yang berujung pada kemenangan dharma.
Upacara agama Hindu merupakan konkritisasi aspek etika dan tattwa. Dengan kata lain, upacara agama merupakan salah satu aspek yang memberikan gambaran tentang etika dan tattwa yang diyakini oleh umat Hindu sesuai dengan budaya dan tradisi daerah dimana Hindu itu berkembang. Ini artinya, pemalak manuk a’pak mengandung gambaran tentang tattwa atau teologi Hindu menurut ajaran Aluk Todolo. Pemalak manuk a’pak dapat memberikan gambaran konsep Sanghyang Widhi Wasa dan segala manifestasi-Nya yang dipuja oleh umat Hindu di kalangan etnis Toraja Barat.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Bentuk dan Makna Pemalak Manuk A’pak : Studi Kasus tentang Makna Teologi Hindu di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat”. Penelitian ini sangat penting sebagai upaya membangun interaksi positif dalam keberagaman upacara agama Hindu di Indonesia. Umat Hindu dari berbagai etnis di Indonesia dengan identitas budaya dan tradisi masing-masing dapat berinteraksi dalam kegiatan upacara keagamaan Hindu dengan saling memahami dan bertoleransi. Di  antara umat Hindu bisa terbagun pemahaman bahwa perbedaan-perbedaan upacara keagamaan Hindu sesungguhnya mengandung makna teologi yang sama.

1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka ada tiga masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat
2. Apakah makna yang terkandung dalam pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat
3. Bagaimanakah makna teologi Hindu dalam bentuk dan makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat.


1.3.   Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menganalisis pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat, terutama menyangkut tentang :
1. Bentuk pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat
2. Makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat
3. Makna teologi Hindu dalam bentuk dan makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat.

1.4.      Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis berupa pengembangan kajian teologi Hindu di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis kepada beberapa pihak, sebagai berikut :
  1. Memberikan informasi yang ilmiah bagi umat Hindu tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat. Dengan informasi ini, umat Hindu dari etnis Toraja Barat, khususnya yang mendiami wilayah (paklembangan) Messawa bisa lebih memahami ajaran keyakinannya dan meningkatkan sradha dan bhakti-nya. Begitu juga dengan Umat Hindu non etnis Toraja Barat bisa memperoleh wawasan tentang ajaran agama Hindu Aluk Todolo sehingga mampu mengembangkan sikap toleransi dan interaksi sosial multikultural dengan umat Hindu etnis Toraja Barat.
  2. Bahan masukan bagi pemerintah (Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI) dan lembaga terkait lainnya seperti Parisada Hindu Dharma Indonesia dalam melakukan kegiatan pembinaan kehidupan keberagamaan bagi masyarakat Hindu di Desa Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat.
  3. Acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
Sejauh pengetahuan peneliti, belum ada hasil penelitian menyangkut tentang “bentuk dan makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat. Peneliti baru menemukan satu artikel berupa ulasan pemikiran tentang pemalak manuk a’pak yang dimuat dalam Warta Hindu Dharma Nomor 344 Edisi Desember 1995, berjudul “Selayang Pandang tentang Upacara Manuk A’pak”. Artikel ini mengulas secara sepintas pengertian dan rangkaian pemalak manuk a’pak (Nanduq, 1995). Artikel ini akan dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam.
Walaupun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang membahas tentang kepercayaan Aluk Todolo dalam aspek yang berbeda, namun masih bisa digunakan sebagai dasar dalam mengulas makna pemalak manuk a’pak. Pransiska Archivianti Toriki dan Nurini (2012) melakukan penelitian berjudul “Kajian Struktur Pola Ruang Kampung Berdasarkan Budaya Lokal di Perkampungan Ke’te Kesu Kabupaten Toraja Utara”. Salah satu kesimpulan hasil penelitian ini adalah kepercayaan Aluk Todolo mempengaruhi terbentuknya struktur dan pola ruang kampung Ke’te Kesu. Hasil penelitian lain yang membahas tentang kepercayaan Aluk Todolo dalam aspek arsitektur bangunan tradisional Toraja dimuat dalam Journal of Architecture Volume 1 Nomor 1, Pebruari 2012. Mashuri (2012) dalam Jurnal ini melakukan penelitian dengan judul “Perwujudan Kosmologi pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja”, menemukan bahwa Konsep kosmologi dan teori “Aluk Todolo” diekspresikan dalam aristektur Toraja, baik dalam ekspresi ruangan secara horizontal dan vertikal.
Kedua hasil penelitian tersebut memuat konsep-konsep Aluk Todolo yang relevan dengan makna teologi lokal dalam pemalak manuk a’pak. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan dijadikan materi pembahasan tentang makna pemalak manuk a’pak termasuk dalam menganalisis makna teologi Hindu dalam bentuk dan makna pemalak manuk a’pak.
Selain hasil penelitian, terdapat juga artikel berupa ulasan-ulasan pemikiran tentang konsepsi Aluk Todolo yang dimuat dalam Warta Hindu Dharma yang ditulis oleh umat Hindu dari etnis Toraja. Simon Samuel menulis tiga buah artikel tentang konsepsi Ketuhanan menurut keyakinan Aluk Todolo. Pertama, berjudul “Keyakinan Hindu Toraja terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. Tulisan ini memuat ulasan hakekat dan kemahakuasaan Puang Matua (Samuel, 1987a). Kedua, berjudul “Mengenal Adanya Deata-Deata”, memuat ulasan tentang hakekat dan wilayah kekuasaan Deata (Samuel, 1987b). Dan tulisan ketiga berjudul, “Mengenal Adanya Roh Leluhur/Atma”. Ulasan ini menyimpulkan bahwa ajaran Aluk Todolo juga mengandung konsepsi Atma yang disebut dengan Sumanga’, Bomba, Tomembali Puang (Samuel, 1988).
Artikel lain yang dijadikan acuan dalam pembahasan penelitian ini adalah ulasan pemikiran Ferdinandus Nanduq yang dimuat dalam Warta Hindu Dharma, yang berjudul : (1) Bombo Tomate (Nanduq, 2004a), (2) Tomasagala (Nanduq, 2004b), (3) Tuhan dalam Persepsi Masyarakat Hindu Toraja Barat (Nanduq, 2004c), dan (4) Makna Sesajen dalam Ma’toratu (Nanduq, 2005).
Artikel-artikel tersebut banyak mengandung konsepsi Aluk Todolo yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu, ulasan-ulasan pemikiran dalam artikel tersebut akan dijadikan acuan dalam pengumpulan data, perbandingan data lapangan pada proses analisis data, dan menjadi acuan di dalam menarik kesimpulan hasil analisis data.

2.2. Konsep
2.2.1. Pemalak Manuk A’pak
Konsep pamalak manuk a’pak terdiri dari kata: (1) “pemalak” artinya upacara atau pemujaan, (2) “manuk” secara leksikal berarti ayam dan secara gramatikal dapat berarti permohonan, dan (3) “a’pak” artinya empat. Kata “upacara” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama” (Tim Penyusun, 1994 : 1108). Sehingga dapat dipahami bahwa kata “manuk dalam konsep “pemalak manuk a’pak lebih tepat diartikan permohonan. Nanduq (1995 : 35) mengartikan manuk a’pak sebagai empat permohonan umat manusia kepada Tuhan.
Jadi, pemalak manuk a’pak dalam penelitin ini berarti upacara pemujaan berupa rangkaian tindakan yang terikat oleh Aluk Todolo untuk memohon kepada Tuhan tentang empat hal berhubungan dengan kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia di dunia. Nanduq (1995 : 35) menguraikan empat hal yang dimaksud, yaitu : (1) Kesejahteraan umat manusia, (2) kesuburan tumbuh-tumbuhan, (3) keselamatan binatang, khususnya binatang peliharaan, dan (4) permohonan agar rumah atau bangunan lainnya dapat memberikan kebahagiaan dan kedamaian.
Konsep lain berkaitan dengan konsep “pemalak manuk a’pak” dalam penelitian ini adalah “bentuk” dan “makna”. Pengertian “bentuk” yang relevan dalam penelitian ini adalah “sistem atau susunan (Tim Penyusun, 1994 : 119). Selanjutnya diuraikan bahwa sistem artinya “susunan yang teratur dari suatu pandangan, teori, asas, dan sebagainya” (Tim Penyusun, 1994 : 950). Jadi, bentuk pemalak manuk a’pak dapat diartikan sebagai sistem atau susunan yang teratur rangkaian tindakan yang terikat oleh Aluk Todolo untuk memohon kepada Tuhan tentang empat hal berhubungan dengan kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia di dunia. Pemalak manuk a’pak sebagai sebuah sistem tentu disusun oleh beberapa unsur sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Mengacu pada pandangan Koentjaraningat (1985: 240), unsur-unsur pemalak manuk a’pak yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi : (1) tempat pelaksanaan, (2) waktu pelaksanaan, (3) benda-benda atau alat upacara, dan (4) orang yang terlibat dalam pelaksanaan pemalak manuk a’pak.
Adapun pengertian “makna” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “arti” (Tim Penyusun, 1994 : 619); sedangkan di bagian lain disebutkan, “arti” adalah “maksud yang terkandung (dalam perkataan, kalimat)” atau “makna” (Tim Penyusun, 1994 : 57). Jadi, konsep makna dalam penelitian ini dapat dipahami sebagai maksud yang terkandung dalam pemalak manuk a’pak.
Mengacu pada pemikiran Clifford Geertz bahwa agama adalah sebuah sistem simbol adalah sesuatu yang membawa dan menyampaikan suatu ide kepada orang (Geertz dalam Pals, 2001 : 414), maka pemalak manuk a’pak merupakan sistem simbol yang membawa makna berupa ide, sikap, penilaian, formulasi dan abstraksi dari pikiran dan pengalaman etnis Toraja dari apa yang dipercayainya dan mensosialisasikan hal tersebut kepada generasi penerusnya. Makna dalam pemalak manuk a’pak secara spesifik akan tampak pada unsur : tempat, waktu, benda-benda atau alat, dan orang yang terlibat dalam pelaksanaannya.

2.2.2. Makna Teologi Hindu
Konsep makna teologi Hindu dalam penelitian ini berakar pada konsep teologi. (Connolly (ed.), 2002 : 313) dalam buku Aneka Pendekatan Studi Agama mengemukakan bahwa teologi merupakan istilah Yunani, yaitu theologia, yang mengacu pada tuhan-tuhan atau Tuhan. Selanjutnya diuraikan tiga kesimpulan dalam konsep teologi, yaitu :
Pertama, teologi mesti berkaitan dengan Tuhan atau transendensi, apakah dilihat secara mitologis, filosofis, atau dogmatis. Kedua, meskipun memiliki banyak nuansa, doktrin tetap menjadi elemen signifikan dalam memaknai teologi. Dan ketiga, teologi sesungguhnya adalah aktivitas (second–order activity) yang muncul dari keimanan dan penafsiran atas keimanan (Connolly (ed.), 2002 : 315).

Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa teologi adalah upaya penafsiran atas keimanan terhadap Tuhan dan Ketuhanan, baik secara mitologis, filosofis ataupun dogmatis. “Mitologis” artinya “sesuai dengan mitologi”; sedangkan “mitologi” artinya “ilmu yang mempelajari tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupa dewa-dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan” (Tim Penyusun, 1994 : 660). Sedangkan secara filosofis berarti “proses yang cermat, metodis, mendalam, evaluative, dan kritis…” (Connolly, 2002 : 155). Adapun secara dogmatis artinya “menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama sekali” (Tim Penyusun, 1994 : 238).
Dalam Agama Hindu, upaya penafsiran atas keimanan terhadap Tuhan dan Ketuhanan disebut dengan Brahmā Widya. Menurut Pudja (1985 : 37) selain istilah  Brahmā Widya, teologi dalam agama Hindu juga disebut dengan Brahmā Tattwa Jnana. Brahmā artinya Tuhan sedangkan Widya dan jnana keduanya berarti ilmu. Adapun istilah tattwa artinya hakekat tentang tat (Tuhan).
Berdasarkan uraian tersebut maka makna teologi Hindu dalam penelitian ini dapat dipahami sebagai sesuatu yang terkandung dalam pemalak manuk a’pak berdasarkan penafsiran atas keimanan terhadap Tuhan dan Ketuhanan menurut ajaran agama Hindu.

2.3. Teori
2.3.1. Teori Sistem Religi
Teori sistem religi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pandangan Koentjaraningrat.  Sistem religi mengandung empat komponen pokok atau utama yang harus ada dalam setiap rangkaian upacara, yaitu (1) tempat pelaksanaan upacara, (2) saat atau waktu pelaksanaaan upacara, (3) benda-benda pusaka dan perlengkapan alat-alat upacara, dan (4) orang-orang yang bertindak sebagai pelaksana upacara. Lebih lanjut dijelaskan bahwa selain empat komponen utama tersebut dalam upacara adat terdapat juga kombinasi dari berbagai unsur, seperti berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari, menyanyi, berprosesi, berseni, berpuasa, bertapa, dan bersemedi (Koentjaraningrat, 1985: 240)
Teori ini akan digunakan untuk menganalisis bentuk pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten mamasa Propinsi Sulawesi Barat. Pemalak manuk a’pak dilaksanakan pada tempat dan waktu tertentu yang diyakini sakral. Selain itu, juga dibutuhkan sarana dan prasarana tertentu, yang hanya bisa digunakan dalam pemalak manuk a’pak. Begitu juga dengan orang yang terlibat di dalam pemalak manuk a’pak terdiri dari beberapa kategori, seperti pemimpin ritual dan umat pada umumnya.

2.3.2. Teori Simbol
Teori simbol yang digunakan dalam penelitian adalah teori simbol yang dikemukakan oleh: Clifford Geertz, Mircea Eliade, dan Herususanto. Menurut Geertz (dalam Pals, 2001 : 414), agama adalah sebuah sistem symbol. Sistem simbol artinya segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan suatu ide kepada orang. Pemikiran ini dapat dipahami bahwa setiap segala sesuatu dalam agama merupakan simbol yang dipahami oleh umat beragama, sebagai pemilik symbol, mengandung suatu makna-makna religious yang harus dipahami oleh pemilik simbol itu sendiri.
Simbol itu dapat berupa benda-benda, aktivitas-aktivitas religi, ruang dan waktu yang berkaitan dengan religi. Herususanto (1987: 100) mengemukakan bahwa salah-satu tindakan manusia yang didasarkan pada simbol adalah tindakan-tindakan religius yang merupakan peninggalan zaman mitos. Ini berarti bahwa upacara keagamaan adalah simbol bagi masyarakat beragama. Wujud lain dari simbol adalah mitos, yaitu “simbol yang diletakkan dalam bentuk cerita” (Eliade dalam Pals, 2001 : 285).
Simbol adalah kunci untuk sebuah kehidupan spiritual yang sebenarnya (Eliade dalam Pals, 2001 : 268). Pada bagian lain, Eliade  menyatakan konsep “hierofani” yaitu penampakan yang sakral dalam sesuatu yang profan. Penampakan yang sakral bisa diyakini karena dua hal. Pertama, sesuatu itu telah mengandung sesuatu yang sacral. Contoh, ketika membangun sebuah desa, tidak sekedar memilih tempat yang enak, di tempat itu telah ada suatu hierofani (dalam Pals, 2001 : 280). Kedua, kesakralan hadir setelah proses pemasukan hal yang supernatural ke objek-objek natural tersebut (dalam Pals, 2001 : 286). Contoh ini bisa dilihat pada pratima dalam masyarakat Hindu di Bali. Pratima sebelum proses penyucian dan ditempatkan di pura, hanyalah sebuah hasil karya seni patung.
Simbol sebagai sebuah hasil budaya yang dihasilkan dan digunakan oleh manusia mengandung suatu makna, sehingga Geertz mengutip pandangan Max Webber menyatakan “manusia adalah seekor binatang yang digantung pada jaringan makna yang ia bentangkan sendiri” (dalam Pals, 2001 : 408). Namun perlu dipahami bahwa “kadang-kadang sebuah simbol yang kompleks memiliki makna yang sangat sederhana, demikian sebaliknya sebuah simbol yang sederhana memiliki makna yang kompleks” (Walanin dalam Duija, 2011 : 25).
Asumsi-asumsi teori simbol tersebut digunakan untuk menganalisis makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa propinsi Sulawesi Barat. Pemalak manuk a’pak sebagai sebuah upacara keagamaan dalam masyarakat Hindu etnis Toraja Barat tentu merupakan sistem symbol yang sarat dengan makna religiius menurut ajaran Aluk Todolo. Makna-makna religius tersebut dalam pandangan peneliti memiliki kesamaan dengan makna teologi dalam ajaran Agama Hindu secara umum.

2.3.3. Teori Brahma Widya
Ada beberapa asumsi tentang Tuhan menurut pandangan brahma widya. Menurut Pudja (1985 : 39), Tuhan dipahami dalam dua aspek, yaitu Nirguna Brahman dan Saguna Brahman.  Aspek Nirguna Brahman berarti Tuhan dipahami sebagi sesuatu yang tak terpikirkan, tak terbayangkan oleh akal pikiran manusia. Sebaliknya, aspek Saguna Brahman berarti Tuhan dipahami oleh pikiran manusia. Tuhan mulai didefenisikan oleh manusia menurut pemahaman dan keyakinannya masing-masing. 
Upaya-upaya manusia memahami Tuhan menurut kemampuannya dilukiskan dalam Kitab Wrhaspati Tatwa; ibarat beberapa orang buta merabah seekor gajah. Masing-masing orang buta merabah bagian yang berbeda pada tubuh gajah. Hasil, masing-masing orang buta melahirkan defenisikan yang berbeda-beda terhadap satu objek, yaitu Gajah. Ini artinya, Tuhan yang satu tetapi didefenisikan oleh masing-masing orang, sehingga seolah-olah ada banyak Tuhan dalam ajaran agama Hindu. Hal ini ditegaskan dalam Kitab Ṛgveda I.64.46 : “ekaṁ sadviprā bahudhā vadanti” artinya “Tuhan itu esa, para orang bijaksana member banyak nama” (dalam Pudja, 1985 : 42; Titib, 1998 : 100).
Oleh karena itu, teori brahma widya akan digunakan untuk menganalisis masalah makna teologi dalam bentuk dan makna pemalak manuk apak. Dengan teori ini, peneliti berupaya menemukan karakteristik konsepsi Ketuhanan dalam ajaran Agama Hindu yang terdapat dalam bentuk dan makna pemalak manuk a’pak.

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada teknik purposive, yaitu pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005 : 54). Pertimbangan yang digunakan peneliti adalah (1) Desa Makuang adalah tempat dimulainya upaya-upaya pembinaan pemeluk Aluk Todolo di wilayah Toraja Barat menjadi salah satu bagian dari umat Hindu di Indonesia, sehingga tokoh-tokoh dan masyarakat yang masih konsisten dan militan dalam sosialisasi secara lisan tentang ajaran Aluk Todolo masih eksis sampai sekarang; dan (2) Desa makuang merupakan wilayah yang didiami oleh tokoh-tokoh dan masyarakat pemeluk Aluk Todolo yang sudah memiliki pemahaman akan pentingnya sosialisasi ajaran Aluk Todolo secara terbuka dan modern kepada generasi muda.

3.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan kesesuaian penelitian yang akan dilakukan dengan karakteristik jenis penelitian kualitatif. Adapun karakteristik penelitian kualitatif yang dimaksud adalah :
  •  Wilayah sempat
  • Variabel sederhana namun rumit dalam tataran konten
  • Berada di kedalaman
  • Mempersoalkan makna
  • Mempertanyakan fenomena
  • Pengukurannya rumit
  • Alat ukur peneliti sendiri
  • Perekam data bisa peneliti tanpa alat (Bungin, 2010 : 50).

3.3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif menurut sumbernya, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber primer sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder. Menurut Sugiyono (2005 : 62) “sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”. Data primer menyangkut tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak yang diperoleh dari prosesi pemalak manuk a’pak yang sedang dilaksanakan dan dari tokoh-tokoh dan cendekiawan masyarakat pemeluk Aluk Todolo yang dianggap mengetahui pemalak manuk a’pak. Sumber data dari tokoh-tokoh dan cendekiawan masyarakat pemeluk Aluk Todolo akan dipilih secara purposive sampling dan snowball sampling. Data sekunder menyangkut tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak, dan makna teologi Hindu dalam pemalak manuk a’pak. Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku, laporan hasil penelitian, dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan upacara manuk a,pak.

3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur “agar bisa memperoleh informasi yang lebih dalam dari informan” (Sugiyono, 2005 : 74). Peneliti akan lebih banyak mendengarkan informasi-informasi tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak sesuai dengan pengetahuan para informan. Berdasarkan informasi tersebut, kemudian peneliti mengajukan pertanyaan lain untuk menggali informasi yang lebih dalam dan akurat. Peneliti juga menggunakan teknik snowball sampling, yaitu meminta informan yang sedang diwawancarai untuk merekomendasi informan lain yang menurut mereka dianggap mengetahui informasi yang sedang didalami dalam penelitian ini.
Teknik wawancara tak berstruktur yang digunakan peneliti, akan ditunjang dengan instrument berupa catatan lapangan dan tape recorder. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat informasi dari informan agar mudah diingat dalam pengolahan data. Selain itu, catata lapngan juga digunakan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan pada saat melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam informasi dari informan secara utuh, sehingga memudahkan untuk mengolah dan menyajikan data secara akurat.



3.4.2. Teknik Observasi Tak Berstruktur
Teknik observasi yang digunakan adalah observasi tak berstruktur, yaitu “… observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tengtang apa yang akan diobservasi. ………., tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2005 : 67). Rambu-rambu pengamatan meliputi tentang proses pelaksanaan pemalak manuk a’pak, sarana upacara yang digunakan, tempat pelaksanaan pemalak manuk a’pak, pihak-pihak yang terlibat, dan waktu pelaksanaan pemalak manuk a’pak.
Pengumpulan data dengan teknik observasi tak berstruktur akan ditunjang dengan instrument catatan lapangan dan camera digital. Catatan lapangan digunakan untuk menggambarkan hasil pengamatan yang disertai dengan deskripsi untuk memudahkan memahami objek yang sedang diamati. Sedangkan kamera digital digunakan untuk memotret objek pengamatan sehingga peneliti dapat membawa informasi yang utuh sesuai denga bentuk aslinya dari lapangan penelitian.

3.4.3. Teknik Kepustakaan
Data yang diperoleh melalui teknik wawancara tak berstruktur dan observasi tak berstruktur akan ditunjang dengan pengumpulan data melalui teknik kepustakaan. Data dikumpulkan dengan cara membaca buku-buku, laporan hasil penelitian, jurnal ilmiah, dan sumber kepustakaan lainnya yang mengandung informasi tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak, dan informasi tentang makna teologi Hindu yang relevan dengan bentuk dan makna pemalak manuk a’pak.


3.5. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik interaktif (Miles dan Huberman, dalam Sugiyono, 2005 : 92 dan Bungin, 2003 : 69). Pengumpulan data dan analisis data menjadi satu kesatuan, yaitu kegiatan analisis data dan pengumpulan data berlangsung secara bersamaan. Oleh karena itu, ada empat komponen dalam analisis data dengan teknik interaktif, yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1. Biaya Penelitian
Secara garis besar rencana anggaran biaya yang diperlukan dalam penelitian ini, terbagi menjadi empat jenis pengeluaran, yaitu : honor peneliti, bahan habis pakai dan peralatan penunjang, perjalanan, dan kegiatan lain-lain; seperti tampak dalam table berikut :
Tabel 4.1
Rencana Anggaran Biaya Penelitian

No
Jenis Biaya yang Dikeluarkan
Biaya yang Diusulkan (Rp)
Keterangan
1.
Honor Peneliti
9,600,000

2.
Bahan habis Pakai dan Peralatan Penunjang
7,845,000

3.
Perjalanan
18,000,000

4.
Lain-lain (Laporan)
122,000


Jumlah
35,567,000


Uraian dari masing-masing jenis pengeluaran biaya penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.



4.2. Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 6 bulan sejak informasi proposal lolos seleksi diterima oleh peneliti. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2.
Rencana Jadwal Kegiatan

No
Jenis Kegiatan
Mei
Juni
Juli
Agustus
Sept.
Okt.
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pengurusan Ijin Penelitian
























2.
Sosialisasi dengan Tokoh-tokoh, Cendekiawan, dan masyarakat pemeluk Aluk Todolo
























3.
Pengumpulan Data
























4.
Pengolahan Data
























5.
Penyusunan Draft Laporan
























6.
Presentasi Penelitian
























7.
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Final
























8.
Diseminasi Laporan Hasil Penelitian


























DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, 2003. Analisi Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Edisi Pertama, Cetakan Ke–2. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Bungin, Burhan, 2010. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Pertama, Cetakan Ke–4. Jakarta : Kencana.

Connolly, Peter (ed.), 2002. Aneka Pendekatan Studi Agama. Penerjemah : Imam Khoiri. Yogyakarta : LKiS.

Duija, I Nengah, 2011. “Satua Bali dalam Buku Karya I Gusti Ngurah Bagus (Analisis Aspek Sosio Budaya)”. Laporan Hasil Penelitian; belum diterbitkan. Denpasar : IHDN Denpasar.

Herusatoto. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.

Koentjaraningrat, 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Mashuri, 2012. “Perwujudan Kosmologi pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja. Dalam Journal of Architecture, Volume 1 Nomor 1, Pebruari 2012. Halaman 1–10. Palu : Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako Palu.

Nanduq, Ferdinandus, 1995. “Pemalak manuk a’pak di Pol–Mas”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor  344, Edisi Desember 1995. Halaman : 35–37. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Nanduq, Ferdinandus, 2004a. “Bombo Tomate”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor  444, Edisi Pebruari 2004. Halaman : 10–13; dan 19. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Nanduq, Ferdinandus, 2004b. “Tomasagala”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor  446, Edisi April 2004. Halaman : 32–35. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Nanduq, Ferdinandus, 2004c. “Tuhan dalam Persepsi Masyarakat Hindu Toraja Barat”. Dalam Raditya. Majalah Hindu Nomor  84, Edisi Juli 2004. Halaman : 46–48. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Nanduq, Ferdinandus, 2005. “Makna Sesajen dalam Ma’toratu”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor  456, Edisi Januari 2005 dan Nomor 457, Edisi Pebruari 2005. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Pudja, G., 1985. Pengantar Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Jilid I, Cetakan I. Jakarta : Mayasari.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Samuel, Simon, 1987a. “Keyakinan Hindu Toraja Terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor  236, Edisi Pebruari 1987. Halaman : 12–14. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Samuel, Simon, 1987b. “Mengenal Adanya Deata-Deata”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor  240, Edisi Juni 1987. Halaman : 27–30. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Samuel, Simon, 1988. “Mengenal Adanya Roh Leluhur”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor  247, Edisi Januari 1988. Halaman : 20–24. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Tim Penyusun, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 2 Cet. 3. Jakarta : Balai Pustaka.

Titib, I Made, 1998. Veda Sabda Suci : Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita.

Toriki, Pransiska Archivianti dan Nurini, 2012. “Kajian Struktur dan Pola Ruang Berdasarkan Budaya Lokal di Perkampungan Ke’te Kesu, Kabupaten Toraja Utara”. Dalam Jurnal Teknik PWK, Volume I Nomor 1; 2012. Halaman 36–45. Semarang : Universitas Diponegoro.





















LAMPIRAN
Lampiran 1 : Justifikasi Penggunaan Anggaran Biaya :
1.      HONOR
Peneliti
Bulan
Waktu (Jam/bulan)
Honor/Jam
(Rp)
Jumlah Honor
(Rp)
Peneliti
6
40
40,000
9,600,000
Sub Total (Rp)
9,600,000
2.      PERALATAN PENUNJANG
Material
Justifikasi Pemakaian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Biaya
- Tape Recorder Kecil
Pengumpulan Data
1 buah
1,500,000
1,500,000
-   Camera Digital
Pengumpulan Data
1 buah
2,000,000
2,000,000
Sub Total (Rp)
3,500,000
3.      BAHAN HABIS PAKAI
Material
Justifikasi Pemakaian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Biaya
-   Kertas HVS 70 gram
Pengolahan data, Laporan
5 rim
40,000
2,000,000
-   Pulpen Snoman
Pengumpulan Data
1 Box
30,000
30,000
-    Tinta printer HP Laser Jet
Draf laporan, laporan Final
1 buah
850,000
850,000
-   Refil Toner HP Laset Jet + ganti drum
Draf laporan, laporan Final
1 buah
260,000
260,000
-   Map dan holder
Pengumpulan dan pengolahan data
3 buah
50,000
150,000
-    Biaya Fotocopy
Draf laporan, laporan Final
1 paket
-
1,000,000
-    Kaset Rekap Kosong
Pengumpulan Data
3 buah
10,000
30,000
-    Baterai
Pengumpulan Data
5 box
5,000
25,000
Sub Total (Rp)
4,345,000
4.   PERJALANAN
Material
Justifikasi Pemakaian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Biaya
-    Biaya Transportasi
Pengurusan Ijin Penelitian
1 Keg. (PP)
3,500,000
3,500,000
-   Biaya Transportasi
Pengumpulan Data
2 Keg. (PP)
3,500,000
7,000,000
-    Biaya Transportasi
Konfirmasi Kesahihan Data
1 Keg. (PP)
3,500,000
3,500,000
-    Akomodasi
Pengurusan Ijin Penelitian, Pengumpulan Data
10 OH
400,000
4,000,000
Sub Total (RP)
18,000,000
  1. LAIN-LAIN
-      Draf Laporan
Penjilidan
4 Eks
9,000
36,000
-      Laporan Final
Penjilidan
4 Eks
9,000
36,000
-       Pengiriman Laporan
Biaya TIKI
1 Paket
50,000
50,000
Sub Total (Rp)
122,000
TOTAL BIAYA DIPERLUKAN SELURUH BULAN (Rp)
35,567,000















Lampiran 2 : Biodata Peneliti
A.       Identitas Peneliti

1.
Nama Lengkap
Ferdinandus Nanduq, M.Ag.
L
2.
Jabatan Fungsional
Lektor
3.
Jabatan Struktural
Sekretaris LP2M
4.
Pangkat dan Gol.
Penata Tk. I / III.d
5.
NIP
19750304 200003 1 001
6.
NIDN
2404037501
7.
Tempat dan Tanggal Lahir
Kondo, 4 Maret 1975
8.
Alamat Rumah
Jl. Raya Denpasar – Singaraja, Gang Mawar; Banjar Sayan Baleran, Desa Werdhi Buwana, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung, Propinsi Bali
9.
Telepon / HP
0361 8765491
10.
Alamat Kantor
Jl. Ratna Nomor 51 Denpasar
11.
Telp/Fax.
(0361) 226656
12.
Alamat e-mail
13.
Lulusan yang telah dihasilkan
S1= 22 orang; S2 = 4 orang
14.
Mata Kuliah Yang Diampuh
1.     Sosiologi Hindu
2.     Sosiologi Agama
3.     Nitisastra
4.     Tata Susila

B.        Riwayat Pendidikan


S–1
S–2
Nama Perguruan Tinggi
STAH Parama Dharma Denpasar
IHDN Denpasar
Bidang Ilmu
Pendidikan Agama Hindu
Pendidikan Agama Hindu
Tahun Masuk–Lulus
1997–1999
2004–2006
Judul Skripsi/Tesis
Kajian Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu pada Episode Penyerahan Trompah Ceritera Ayodhya Kanda
Pembelajaran Agama Hindu di SMA Negeri 1 Denpasar : Perspektif Multikultural
Dosen Pembimbing
1.     Drs. I Made Rada Legawa
1.     Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA
2.     Drs. I Nyoman Linggih
2.     Drs. I Ketut Tanu, M.Si.


C.       Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber
Juta (Rp)
1.
2008
Pendidikan Seks dalam Ajaran Agama Hindu (Kajian Lontar Rahasya Sanggama)
DIPA IHDN Denpasar
9
2.
2012
Pendidikan Nilai Agama Hindu dalam Keluarga Menurut Lontar di Bali
DIPA IHDN Denpasar
10

D.       Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat
No
Tahun
Judul Pengabdian kepada Masyarakat
Pendanaan
Sumber
Juta (Rp)
1.
2009
Tim Pemantau Ujian Nasional di SMA Negeri 1 Nusa Penida, pada Bulan April 2009
Depdiknas
-
2.
2009
Assesor Sertifikasi Guru dalam Jabatan, LPTK Rayon IHDN Denpasar di Hotel Taman Wisata Denpasar, pada Tanggal 25-27 Juli 2009
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
-
3.
2010
Pengawas Tingkat Satuan Pendidikian Ujian Nasional  di Kabupaten Klungkung, pada Bulan April 2010
Depdiknas
-=
4.
2010
Assesor Sertifikasi Guru dalam Jabatan, LPTK Rayon IHDN Denpasar
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
-
5.
2010
Dharma Wacana Interaktif di Bali TV; Tema : Pelestarian Alam Menurut Agama Hindu/Tumpek Wariga, pada tanggal 16 April 2010.
LPM IHDN Denpasar
-
6.
2011
Tim Pengawas Tingkat Satuan Pendidikan  Ujian Nasional SMA/MA Dan SMK, Di Kabupaten Klungkung, pada tanggal 17-22 April 2011
Kemendiknas
-
7.
2011
Narasumber Interaktif Harmoni Bali di Bali TV; Topik : Pagerwesi, pada tanggal 29 April 2011.
LPM IHDN Denpasar
-
8.
2011
Assesor Sertifikasi Guru dalam Jabatan, LPTK Rayon IHDN Denpasar, pada tanggal 5-14 September 2011
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
-
9.
2012
Assesor  PLPG LPTK Rayon IHDN Denpasar, pada bulan April –Mei 2012
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
-
10.
2013
Assesor  PLPG LPTK Rayon IHDN Denpasar, pada bulan Sept. –Oktober  2013
DIPA IHDN Denpasar
-

E.        Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah




Pendanaan


No
Tahun
Judul Artikel Ilmiah
Volume /
Nomor
Nama Jurnal
1.
2009
Pendidikan Seks dalam Ajaran Agama Hindu (Kajian Lontar Rahasya Sanggama)
Vol. III No. 2, September 2009
ISSN :
1978-0982
Jurnal Ilmiah
Vyavahara Duta
2.
2012
Pendidikan Nilai Agama Hindu dalam Keluarga Menurut Lontar di Bali
Vol.
ISSN :
1979-6935
Jurnal
Penelitian Agama

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian kompetitif Tahun 2014.

                                                                                                Denpasar, 17 Maret 2014
                                                                                                Yang membuat,


                                                                                                Ferdinandus Nanduq, M.Ag.
                                                                                                NIP. 19870304 200003 1 001

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda