Proposal Penelitian Pemalak Manuk A'pak
BENTUK DAN MAKNA
PEMALAK MANUK A’PAK
(Studi Kasus
tentang Makna Teologi Hindu di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa
Propinsi Sulawesi Barat)
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Agama
Hindu di Indonesia adalah agama yang sarat dengan upacara agama Hindu. Upacara agama
Hindu merupakan salah satu aspek ajaran Agama Hindu, disamping tattwa dan etika; ketiganya disebut tri
kerangka Agama Hindu. Upacara Agama Hindu adalah penciri dominan bagi umat
Hindu di Indonesia. Sehingga bisa dikatakan, umat Hindu lebih mudah
diidentifikasi dari aspek upacara agama
Hindu. Pelaksanaan upacara Agama Hindu di Bali dapat dijumpai setiap hari dalam
berbagai jenis, tingkat, mapun wilayah pelaksanaannya. Jenis upacara Agama Hindu
meliputi : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya,
Rsi Yadnya, Manusia Yadnya, dan
Bhuta Yadnya. Masing-masing upacara Agama Hindu tersebut dilaksanakan menurut tingkatannya, yaitu
: tingkat kecil (nista), tingkat menengah
(madya), maupun tingkat besar (utama).
Jenis dan tingkat upacara agama Hindu di laksanakan di rumah tangga (merajan), dadia, Kahyangan tiga, Dang Kahyangan, dan Kahyangan Jagat.
Pelaksanaan
upacara Agama Hindu di satu daerah berbeda dengan di daerah lain. Perbedaan
itu, antara lain diakibatkan oleh tradisi dan budaya yang dimiliki setiap
daerah dimana agama Hindu berkembang. Bali sebagai pulau yang mayoritas
penduduknya pemeluk agama Hindu pun memiliki tradisi dan budaya yang
berbeda-beda, misalnya upacara agama Hindu di Bali selatan akan berbeda dengan
di Bali utara, dengan Bali timur, ataupun dengan Bali barat. Akibat perbedaan
budaya dan tradisi tersebut, maka upacara dewa
yadnya di Bali selatan akan berbeda
dengan upacara dewa yadnya di Bali utara, dengan Bali timur,
atapun dengan Bali barat. Demikian juga dengan umat Hindu dari suku yang non
Bali, seperti Toraja, Dayak, Jawa, ataupun Batak Karo, sudah pasti memiliki
upacara agama Hindu yang sangat berbeda dengan upacara agama Hindu di Bali.
Perbedaan-perbedaan
upacara Agama Hindu di berbagai daerah dan suku di Indonesia belum banyak
diketahui, baik oleh umat Hindu sendiri maupun dari umat beragama lain.
Sehingga ada kesan, upacara agama Hindu selalu identik dengan upacara agama
Hindu menurut budaya dan tradisi Bali. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan
upacara agama Hindu di diberbagai etnis di Indonesia belum banyak yang tertulis
seperti yang ada di Bali. Buku-buku tentang upacara agama Hindu sebagian besar
hanya memuat tentang upacara Agama Hindu menurut budaya dan tradisi Bali.
Begitu juga dengan materi pembelajaran agama Hindu di lembaga pendidikan
formal, belum banyak yang memuat informasi tentang upacara agama Hindu menurut
budaya dan tradisi non Bali.
Umat
Hindu di Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat memiliki upacara agama Hindu
sesuai dengan tradisi dan budaya Aluk Todolo.
Pemeluk Aluk Todolo merupakan etnis
Toraja yang mendiami Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten
Tator dan Kabupaten Tator Utara di Propinsi Sulawesi Selatan. Upacara Agama
Hindu menurut budaya dan tradisi Aluk
Todolo sangat berbeda dengan upacara agama Hindu di Bali. Perbedaan itu,
nampak dalam penggunaan bahasa, sarana upacara, waktu pelaksanaan, pemimpin
upacara, tata cara pelaksanaan, dan aspek-aspek upacara lainnya.
Salah
satu upacara Agama Hindu menurut budaya dan tradisi Aluk Todolo adalah pemalak manuk
a’pak. Upacara ini dilaksanakan oleh umat Hindu dari etnis Toraja Barat di
beberapa kecamatan di Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat, yaitu :
Kecamatan Messawa, Kecamatan Sumarorong, Kecamatan Nosu, dan Kecamatan Pana’.
Umat Hindu di empat kecamatan tersebut meyakini dan melaksanakan pemalak manuk a’pak sesuai dengan budaya
dan tradisi yang dianut di masing-masing wilayah. Secara garis besar ada tiga
varian pemalak manuk a’pak di empat
kecamatan tersebut, yaitu : (1) varian Kecamatan Messawa, (2) varian Kecamatan
Sumarorong, dan (3) varian Kecamatan Nosu dan Pana’.
Keberadaan
sumber ajaran pemalak manuk a’pak masih
dalam bentuk sastra tutur sampai saat ini. Umat Hindu yang mengetahui ajaran pemalak manuk a’pak sangat sedikit, hanya
tokoh-tokoh Aluk Todolo dan
orang-orang yang menekuni ajaran Aluk
Todolo yang mampu menguasai, memahami dan menuturkannya. Sedangkan umat
Hindu pada umumnya hanya mengetahui melalui penuturan tokoh-tokoh Aluk Todolo dalam waktu-waktu tertentu.
Pemalak manuk a’pak memiliki
kemiripan dengan upacara galungan di
kalangan Hindu dari Etnis Bali (Nanduq, 1995 : 35). Kemiripan antara pemalak manuk a’pak dengan upacara galungan terletak pada periode
pelaksanaan dan makna mitologinya. Seperti upacara galungan di kalangan Umat Hindu dari etnis Bali, pemalak manuk a’pak dilaksanakan enam
bulan sekali, hanya saja bulan pelaksanaanya berbeda. Waktu pelaksanaan pemalak manuk a’pak jatuh antara bulan
Mei sampai dengan Juni dan antara bulan
Nopember sampai dengan Desember. Sedangkan mitologi pemalak manuk a’pak dan upacara galungan,
keduanya mengandung makna pertarungan antara dharma (kebenaran) melawan
adharma (ketidakbenaran), yang berujung pada kemenangan dharma.
Upacara
agama Hindu merupakan konkritisasi aspek etika dan tattwa. Dengan kata lain, upacara agama merupakan salah satu aspek
yang memberikan gambaran tentang etika dan tattwa
yang diyakini oleh umat Hindu sesuai dengan budaya dan tradisi daerah dimana
Hindu itu berkembang. Ini artinya, pemalak
manuk a’pak mengandung gambaran tentang tattwa
atau teologi Hindu menurut ajaran Aluk
Todolo. Pemalak manuk a’pak dapat
memberikan gambaran konsep Sanghyang
Widhi Wasa dan segala manifestasi-Nya yang dipuja oleh umat Hindu di
kalangan etnis Toraja Barat.
Berdasarkan
kenyataan-kenyataan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Bentuk dan Makna Pemalak Manuk
A’pak : Studi Kasus tentang Makna Teologi Hindu di Desa Makuang Kecamatan
Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat”. Penelitian ini sangat
penting sebagai upaya membangun interaksi positif dalam keberagaman upacara
agama Hindu di Indonesia. Umat Hindu dari berbagai etnis di Indonesia dengan
identitas budaya dan tradisi masing-masing dapat berinteraksi dalam kegiatan
upacara keagamaan Hindu dengan saling memahami dan bertoleransi. Di antara umat Hindu bisa terbagun pemahaman
bahwa perbedaan-perbedaan upacara keagamaan Hindu sesungguhnya mengandung makna
teologi yang sama.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang masalah tersebut, maka ada tiga masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah bentuk pemalak manuk a’pak
di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat
2.
Apakah makna yang terkandung dalam pemalak
manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi
Sulawesi Barat
3.
Bagaimanakah makna teologi Hindu dalam bentuk dan makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten
Mamasa Propinsi Sulawesi Barat.
1.3.
Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
menguraikan dan menganalisis pemalak manuk
a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi
Barat, terutama menyangkut tentang :
1.
Bentuk pemalak manuk a’pak di Desa
Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat
2.
Makna pemalak manuk a’pak di Desa
Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat
3.
Makna teologi Hindu dalam bentuk dan makna pemalak
manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi
Sulawesi Barat.
1.4.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat teoritis berupa pengembangan kajian teologi Hindu di
Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis
kepada beberapa pihak, sebagai berikut :
- Memberikan informasi yang ilmiah bagi umat Hindu tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat. Dengan informasi ini, umat Hindu dari etnis Toraja Barat, khususnya yang mendiami wilayah (paklembangan) Messawa bisa lebih memahami ajaran keyakinannya dan meningkatkan sradha dan bhakti-nya. Begitu juga dengan Umat Hindu non etnis Toraja Barat bisa memperoleh wawasan tentang ajaran agama Hindu Aluk Todolo sehingga mampu mengembangkan sikap toleransi dan interaksi sosial multikultural dengan umat Hindu etnis Toraja Barat.
- Bahan masukan bagi pemerintah (Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI) dan lembaga terkait lainnya seperti Parisada Hindu Dharma Indonesia dalam melakukan kegiatan pembinaan kehidupan keberagamaan bagi masyarakat Hindu di Desa Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat.
- Acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Pustaka
Sejauh pengetahuan
peneliti, belum ada hasil penelitian menyangkut tentang “bentuk dan makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang
Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat. Peneliti baru
menemukan satu artikel berupa ulasan pemikiran tentang pemalak manuk a’pak yang dimuat dalam Warta Hindu Dharma Nomor 344
Edisi Desember 1995, berjudul “Selayang Pandang tentang Upacara Manuk A’pak”. Artikel ini mengulas
secara sepintas pengertian dan rangkaian pemalak
manuk a’pak (Nanduq, 1995). Artikel ini akan dijadikan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam.
Walaupun demikian, ada
beberapa hasil penelitian yang membahas tentang kepercayaan Aluk Todolo dalam aspek yang berbeda,
namun masih bisa digunakan sebagai dasar dalam mengulas makna pemalak manuk a’pak. Pransiska
Archivianti Toriki dan Nurini (2012) melakukan penelitian berjudul “Kajian
Struktur Pola Ruang Kampung Berdasarkan Budaya Lokal di Perkampungan Ke’te Kesu
Kabupaten Toraja Utara”. Salah satu kesimpulan hasil penelitian ini adalah
kepercayaan Aluk Todolo mempengaruhi
terbentuknya struktur dan pola ruang kampung Ke’te Kesu. Hasil penelitian lain
yang membahas tentang kepercayaan Aluk
Todolo dalam aspek arsitektur
bangunan tradisional Toraja dimuat dalam Journal of Architecture Volume 1 Nomor
1, Pebruari 2012. Mashuri (2012) dalam Jurnal ini melakukan penelitian dengan
judul “Perwujudan Kosmologi pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja”, menemukan
bahwa Konsep kosmologi dan teori “Aluk
Todolo” diekspresikan dalam aristektur Toraja, baik dalam ekspresi ruangan
secara horizontal dan vertikal.
Kedua hasil penelitian
tersebut memuat konsep-konsep Aluk Todolo
yang relevan dengan makna teologi lokal dalam pemalak manuk a’pak. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan
dijadikan materi pembahasan tentang makna pemalak
manuk a’pak termasuk dalam menganalisis makna teologi Hindu dalam bentuk
dan makna pemalak manuk a’pak.
Selain hasil
penelitian, terdapat juga artikel berupa ulasan-ulasan pemikiran tentang konsepsi Aluk Todolo yang dimuat dalam Warta
Hindu Dharma yang ditulis oleh umat Hindu dari etnis Toraja. Simon Samuel
menulis tiga buah artikel tentang konsepsi Ketuhanan menurut keyakinan Aluk Todolo. Pertama, berjudul “Keyakinan Hindu Toraja terhadap Tuhan Yang Maha
Esa”. Tulisan ini memuat ulasan hakekat dan kemahakuasaan Puang Matua (Samuel, 1987a). Kedua, berjudul “Mengenal Adanya
Deata-Deata”, memuat ulasan tentang hakekat dan wilayah kekuasaan Deata (Samuel, 1987b). Dan tulisan
ketiga berjudul, “Mengenal Adanya Roh Leluhur/Atma”. Ulasan ini menyimpulkan
bahwa ajaran Aluk Todolo juga mengandung
konsepsi Atma yang disebut dengan Sumanga’, Bomba, Tomembali Puang (Samuel,
1988).
Artikel lain yang
dijadikan acuan dalam pembahasan penelitian ini adalah ulasan pemikiran
Ferdinandus Nanduq yang dimuat dalam Warta Hindu Dharma, yang berjudul : (1) Bombo
Tomate (Nanduq, 2004a), (2) Tomasagala (Nanduq, 2004b), (3) Tuhan dalam Persepsi Masyarakat Hindu Toraja Barat
(Nanduq, 2004c), dan (4) Makna Sesajen dalam Ma’toratu
(Nanduq, 2005).
Artikel-artikel
tersebut banyak mengandung konsepsi Aluk
Todolo yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu,
ulasan-ulasan pemikiran dalam artikel tersebut akan dijadikan acuan dalam
pengumpulan data, perbandingan data lapangan pada proses analisis data, dan menjadi
acuan di dalam menarik kesimpulan hasil analisis data.
2.2.
Konsep
2.2.1.
Pemalak Manuk A’pak
Konsep pamalak manuk a’pak terdiri dari kata: (1)
“pemalak” artinya upacara atau
pemujaan, (2) “manuk” secara leksikal
berarti ayam dan secara gramatikal dapat berarti permohonan, dan (3) “a’pak” artinya empat. Kata “upacara”
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “rangkaian tindakan atau perbuatan
yang terikat kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama” (Tim
Penyusun, 1994 : 1108). Sehingga dapat dipahami bahwa kata “manuk” dalam konsep “pemalak manuk
a’pak” lebih tepat diartikan
permohonan. Nanduq (1995 : 35) mengartikan manuk
a’pak sebagai empat permohonan umat manusia kepada Tuhan.
Jadi, pemalak manuk a’pak dalam penelitin ini
berarti upacara pemujaan berupa rangkaian tindakan yang terikat oleh Aluk Todolo
untuk memohon kepada Tuhan tentang empat hal berhubungan dengan kesejahteraan
hidup dan kehidupan manusia di dunia. Nanduq (1995 : 35) menguraikan empat hal
yang dimaksud, yaitu : (1) Kesejahteraan umat manusia, (2) kesuburan
tumbuh-tumbuhan, (3) keselamatan binatang, khususnya binatang peliharaan, dan
(4) permohonan agar rumah atau bangunan lainnya dapat memberikan kebahagiaan
dan kedamaian.
Konsep lain berkaitan
dengan konsep “pemalak manuk a’pak”
dalam penelitian ini adalah “bentuk” dan “makna”. Pengertian “bentuk” yang
relevan dalam penelitian ini adalah “sistem atau susunan (Tim Penyusun, 1994 :
119). Selanjutnya diuraikan bahwa sistem artinya “susunan yang teratur dari
suatu pandangan, teori, asas, dan sebagainya” (Tim Penyusun, 1994 : 950). Jadi,
bentuk pemalak manuk a’pak dapat
diartikan sebagai sistem atau susunan yang teratur rangkaian tindakan yang
terikat oleh Aluk Todolo untuk memohon kepada Tuhan
tentang empat hal berhubungan dengan kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia
di dunia. Pemalak manuk a’pak sebagai
sebuah sistem tentu disusun oleh beberapa unsur sehingga menjadi satu kesatuan
yang utuh. Mengacu pada pandangan Koentjaraningat (1985: 240), unsur-unsur pemalak manuk a’pak yang dimaksud dalam
penelitian ini meliputi : (1) tempat pelaksanaan, (2) waktu pelaksanaan, (3)
benda-benda atau alat upacara, dan (4) orang yang terlibat dalam pelaksanaan pemalak manuk a’pak.
Adapun pengertian
“makna” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “arti” (Tim Penyusun, 1994
: 619); sedangkan di bagian lain disebutkan, “arti” adalah “maksud yang
terkandung (dalam perkataan, kalimat)” atau “makna” (Tim Penyusun, 1994 : 57). Jadi,
konsep makna dalam penelitian ini dapat dipahami sebagai maksud yang terkandung
dalam pemalak manuk a’pak.
Mengacu pada pemikiran
Clifford Geertz bahwa agama adalah sebuah sistem simbol adalah sesuatu yang
membawa dan menyampaikan suatu ide kepada orang (Geertz dalam Pals, 2001 : 414),
maka pemalak manuk a’pak merupakan
sistem simbol yang membawa makna berupa ide, sikap, penilaian, formulasi dan
abstraksi dari pikiran dan pengalaman etnis Toraja dari apa yang dipercayainya
dan mensosialisasikan hal tersebut kepada generasi penerusnya. Makna dalam pemalak manuk a’pak secara spesifik akan
tampak pada unsur : tempat, waktu, benda-benda atau alat, dan orang yang
terlibat dalam pelaksanaannya.
2.2.2.
Makna Teologi Hindu
Konsep makna teologi
Hindu dalam penelitian ini berakar pada konsep teologi. (Connolly (ed.), 2002 :
313) dalam buku Aneka Pendekatan Studi Agama mengemukakan bahwa teologi merupakan
istilah Yunani, yaitu theologia, yang
mengacu pada tuhan-tuhan atau Tuhan. Selanjutnya diuraikan tiga kesimpulan
dalam konsep teologi, yaitu :
Pertama, teologi mesti berkaitan dengan Tuhan
atau transendensi, apakah dilihat secara mitologis, filosofis, atau dogmatis. Kedua, meskipun memiliki banyak nuansa,
doktrin tetap menjadi elemen signifikan dalam memaknai teologi. Dan ketiga, teologi sesungguhnya adalah
aktivitas (second–order activity)
yang muncul dari keimanan dan penafsiran atas keimanan (Connolly (ed.), 2002 :
315).
Pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa teologi adalah upaya penafsiran atas keimanan terhadap Tuhan dan
Ketuhanan, baik secara mitologis, filosofis ataupun dogmatis. “Mitologis”
artinya “sesuai dengan mitologi”; sedangkan “mitologi” artinya “ilmu yang mempelajari
tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai
kehidupa dewa-dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan” (Tim Penyusun, 1994 :
660). Sedangkan secara filosofis berarti “proses yang cermat, metodis,
mendalam, evaluative, dan kritis…” (Connolly, 2002 : 155). Adapun secara
dogmatis artinya “menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama sekali” (Tim
Penyusun, 1994 : 238).
Dalam Agama Hindu,
upaya penafsiran atas keimanan terhadap Tuhan dan Ketuhanan disebut dengan Brahmā Widya. Menurut Pudja (1985 : 37) selain istilah Brahmā
Widya, teologi dalam agama Hindu juga
disebut dengan Brahmā Tattwa Jnana. Brahmā artinya Tuhan sedangkan Widya dan jnana keduanya berarti ilmu. Adapun istilah tattwa artinya hakekat tentang tat (Tuhan).
Berdasarkan uraian
tersebut maka makna teologi Hindu dalam penelitian ini dapat dipahami sebagai
sesuatu yang terkandung dalam pemalak
manuk a’pak berdasarkan penafsiran atas keimanan terhadap Tuhan dan
Ketuhanan menurut ajaran agama Hindu.
2.3.
Teori
2.3.1.
Teori Sistem Religi
Teori sistem religi
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pandangan Koentjaraningrat. Sistem religi mengandung empat komponen pokok
atau utama yang harus ada dalam setiap rangkaian upacara, yaitu (1) tempat
pelaksanaan upacara, (2) saat atau waktu pelaksanaaan upacara, (3) benda-benda
pusaka dan perlengkapan alat-alat upacara, dan (4) orang-orang yang bertindak
sebagai pelaksana upacara. Lebih lanjut dijelaskan bahwa selain empat komponen
utama tersebut dalam upacara adat terdapat juga kombinasi dari berbagai unsur,
seperti berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari, menyanyi,
berprosesi, berseni, berpuasa, bertapa, dan bersemedi (Koentjaraningrat, 1985:
240)
Teori ini akan
digunakan untuk menganalisis bentuk pemalak
manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten mamasa Propinsi
Sulawesi Barat. Pemalak manuk a’pak dilaksanakan
pada tempat dan waktu tertentu yang diyakini sakral. Selain itu, juga
dibutuhkan sarana dan prasarana tertentu, yang hanya bisa digunakan dalam pemalak manuk a’pak. Begitu juga dengan
orang yang terlibat di dalam pemalak
manuk a’pak terdiri dari beberapa kategori, seperti pemimpin ritual dan
umat pada umumnya.
2.3.2.
Teori Simbol
Teori simbol yang
digunakan dalam penelitian adalah teori simbol yang dikemukakan oleh: Clifford
Geertz, Mircea Eliade, dan Herususanto. Menurut Geertz (dalam Pals, 2001 : 414), agama adalah sebuah sistem
symbol. Sistem simbol artinya segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan
suatu ide kepada orang. Pemikiran ini dapat dipahami bahwa
setiap segala sesuatu dalam agama merupakan simbol yang dipahami oleh umat
beragama, sebagai pemilik symbol, mengandung suatu makna-makna religious yang
harus dipahami oleh pemilik simbol itu sendiri.
Simbol itu dapat berupa
benda-benda, aktivitas-aktivitas religi, ruang dan waktu yang berkaitan dengan
religi. Herususanto (1987: 100) mengemukakan bahwa salah-satu tindakan manusia
yang didasarkan pada simbol adalah tindakan-tindakan religius yang merupakan
peninggalan zaman mitos. Ini berarti bahwa upacara keagamaan adalah simbol bagi
masyarakat beragama. Wujud lain dari simbol adalah mitos, yaitu “simbol yang
diletakkan dalam bentuk cerita” (Eliade dalam Pals, 2001 : 285).
Simbol adalah kunci
untuk sebuah kehidupan spiritual yang sebenarnya (Eliade dalam Pals, 2001 :
268). Pada bagian lain, Eliade menyatakan
konsep “hierofani” yaitu penampakan
yang sakral dalam sesuatu yang profan. Penampakan yang sakral bisa diyakini
karena dua hal. Pertama, sesuatu itu
telah mengandung sesuatu yang sacral. Contoh, ketika membangun sebuah desa,
tidak sekedar memilih tempat yang enak, di tempat itu telah ada suatu hierofani (dalam Pals, 2001 : 280). Kedua,
kesakralan hadir setelah proses pemasukan hal yang supernatural ke objek-objek natural tersebut (dalam Pals, 2001 :
286). Contoh ini bisa dilihat pada pratima dalam masyarakat Hindu di Bali.
Pratima sebelum proses penyucian dan ditempatkan di pura, hanyalah sebuah hasil
karya seni patung.
Simbol sebagai sebuah
hasil budaya yang dihasilkan dan digunakan oleh manusia mengandung suatu makna,
sehingga Geertz mengutip pandangan Max Webber menyatakan “manusia adalah seekor
binatang yang digantung pada jaringan makna yang ia bentangkan sendiri” (dalam
Pals, 2001 : 408). Namun perlu dipahami bahwa “kadang-kadang sebuah simbol yang
kompleks memiliki makna yang sangat sederhana, demikian sebaliknya sebuah simbol
yang sederhana memiliki makna yang kompleks” (Walanin dalam Duija, 2011 : 25).
Asumsi-asumsi teori
simbol tersebut digunakan untuk menganalisis makna pemalak manuk a’pak di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten
Mamasa propinsi Sulawesi Barat. Pemalak
manuk a’pak sebagai sebuah upacara keagamaan dalam masyarakat Hindu etnis
Toraja Barat tentu merupakan sistem symbol yang sarat dengan makna religiius
menurut ajaran Aluk Todolo. Makna-makna
religius tersebut dalam pandangan peneliti memiliki kesamaan dengan makna
teologi dalam ajaran Agama Hindu secara umum.
2.3.3.
Teori Brahma Widya
Ada beberapa asumsi
tentang Tuhan menurut pandangan brahma
widya. Menurut Pudja (1985 : 39), Tuhan dipahami dalam dua aspek, yaitu Nirguna Brahman dan Saguna Brahman. Aspek Nirguna Brahman berarti Tuhan dipahami
sebagi sesuatu yang tak terpikirkan, tak terbayangkan oleh akal pikiran
manusia. Sebaliknya, aspek Saguna Brahman
berarti Tuhan dipahami oleh pikiran manusia. Tuhan mulai didefenisikan oleh
manusia menurut pemahaman dan keyakinannya masing-masing.
Upaya-upaya manusia
memahami Tuhan menurut kemampuannya dilukiskan dalam Kitab Wrhaspati Tatwa;
ibarat beberapa orang buta merabah seekor gajah. Masing-masing orang buta merabah
bagian yang berbeda pada tubuh gajah. Hasil, masing-masing orang buta
melahirkan defenisikan yang berbeda-beda terhadap satu objek, yaitu Gajah. Ini
artinya, Tuhan yang satu tetapi didefenisikan oleh masing-masing orang,
sehingga seolah-olah ada banyak Tuhan dalam ajaran agama Hindu. Hal ini
ditegaskan dalam Kitab Ṛgveda I.64.46 : “ekaṁ
sadviprā bahudhā vadanti” artinya “Tuhan itu esa, para orang bijaksana
member banyak nama” (dalam Pudja, 1985 : 42; Titib, 1998 : 100).
Oleh karena itu, teori brahma widya akan digunakan untuk
menganalisis masalah makna teologi dalam bentuk dan makna pemalak manuk apak. Dengan teori ini, peneliti berupaya menemukan
karakteristik konsepsi Ketuhanan dalam ajaran Agama Hindu yang terdapat dalam
bentuk dan makna pemalak manuk a’pak.
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa. Penentuan lokasi
penelitian didasarkan pada teknik purposive,
yaitu pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005 : 54).
Pertimbangan yang digunakan peneliti adalah (1) Desa Makuang adalah tempat
dimulainya upaya-upaya pembinaan pemeluk Aluk
Todolo di wilayah Toraja Barat
menjadi salah satu bagian dari umat Hindu di Indonesia, sehingga tokoh-tokoh
dan masyarakat yang masih konsisten dan militan dalam sosialisasi secara lisan
tentang ajaran Aluk Todolo masih eksis sampai sekarang; dan
(2) Desa makuang merupakan wilayah yang didiami oleh tokoh-tokoh dan masyarakat
pemeluk Aluk Todolo yang sudah memiliki pemahaman akan pentingnya sosialisasi
ajaran Aluk Todolo secara terbuka dan modern kepada generasi muda.
3.2.
Jenis Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan
kesesuaian penelitian yang akan dilakukan dengan karakteristik jenis penelitian
kualitatif. Adapun karakteristik penelitian kualitatif yang dimaksud adalah :
- Wilayah sempat
- Variabel sederhana namun rumit dalam tataran konten
- Berada di kedalaman
- Mempersoalkan makna
- Mempertanyakan fenomena
- Pengukurannya rumit
- Alat ukur peneliti sendiri
- Perekam data bisa peneliti tanpa alat (Bungin, 2010 : 50).
3.3.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini
menggunakan data kualitatif menurut sumbernya, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber primer
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder.
Menurut Sugiyono (2005 : 62) “sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen”. Data primer menyangkut tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak yang diperoleh dari prosesi pemalak manuk a’pak yang sedang
dilaksanakan dan dari tokoh-tokoh dan cendekiawan masyarakat pemeluk Aluk
Todolo yang dianggap mengetahui pemalak manuk
a’pak. Sumber data dari tokoh-tokoh dan cendekiawan masyarakat pemeluk Aluk
Todolo akan dipilih secara purposive
sampling dan snowball sampling.
Data sekunder menyangkut tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak, dan makna teologi Hindu dalam pemalak manuk a’pak. Data sekunder ini
diperoleh dari buku-buku, laporan hasil penelitian, dan jurnal ilmiah yang
berkaitan dengan upacara manuk a,pak.
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1.
Teknik Wawancara
Teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara tak berstruktur “agar bisa memperoleh informasi yang
lebih dalam dari informan” (Sugiyono, 2005 : 74). Peneliti akan lebih banyak
mendengarkan informasi-informasi tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak sesuai dengan pengetahuan para informan.
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian peneliti mengajukan pertanyaan lain
untuk menggali informasi yang lebih dalam dan akurat. Peneliti juga menggunakan
teknik snowball sampling, yaitu meminta
informan yang sedang diwawancarai untuk merekomendasi informan lain yang
menurut mereka dianggap mengetahui informasi yang sedang didalami dalam
penelitian ini.
Teknik wawancara tak
berstruktur yang digunakan peneliti, akan ditunjang dengan instrument berupa
catatan lapangan dan tape recorder. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat
informasi dari informan agar mudah diingat dalam pengolahan data. Selain itu,
catata lapngan juga digunakan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan
pada saat melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan tape recorder
digunakan untuk merekam informasi dari informan secara utuh, sehingga
memudahkan untuk mengolah dan menyajikan data secara akurat.
3.4.2.
Teknik Observasi Tak Berstruktur
Teknik observasi yang
digunakan adalah observasi tak berstruktur, yaitu “… observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tengtang apa yang akan diobservasi. ………., tetapi
hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2005 : 67). Rambu-rambu
pengamatan meliputi tentang proses pelaksanaan pemalak manuk a’pak, sarana upacara yang digunakan, tempat
pelaksanaan pemalak manuk a’pak,
pihak-pihak yang terlibat, dan waktu pelaksanaan pemalak manuk a’pak.
Pengumpulan data dengan
teknik observasi tak berstruktur akan ditunjang dengan instrument catatan
lapangan dan camera digital. Catatan lapangan digunakan untuk menggambarkan
hasil pengamatan yang disertai dengan deskripsi untuk memudahkan memahami objek
yang sedang diamati. Sedangkan kamera digital digunakan untuk memotret objek
pengamatan sehingga peneliti dapat membawa informasi yang utuh sesuai denga
bentuk aslinya dari lapangan penelitian.
3.4.3.
Teknik Kepustakaan
Data yang diperoleh
melalui teknik wawancara tak berstruktur dan observasi tak berstruktur akan
ditunjang dengan pengumpulan data melalui teknik kepustakaan. Data dikumpulkan
dengan cara membaca buku-buku, laporan hasil penelitian, jurnal ilmiah, dan
sumber kepustakaan lainnya yang mengandung informasi tentang bentuk dan makna pemalak manuk a’pak, dan informasi
tentang makna teologi Hindu yang relevan dengan bentuk dan makna pemalak manuk a’pak.
3.5.
Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik interaktif (Miles dan Huberman, dalam
Sugiyono, 2005 : 92 dan Bungin, 2003 : 69). Pengumpulan data dan analisis data
menjadi satu kesatuan, yaitu kegiatan analisis data dan pengumpulan data
berlangsung secara bersamaan. Oleh karena itu, ada empat komponen dalam
analisis data dengan teknik interaktif, yaitu : pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
BAB
IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1.
Biaya Penelitian
Secara garis besar
rencana anggaran biaya yang diperlukan dalam penelitian ini, terbagi menjadi
empat jenis pengeluaran, yaitu : honor peneliti, bahan habis pakai dan peralatan
penunjang, perjalanan, dan kegiatan lain-lain; seperti tampak dalam table
berikut :
Tabel
4.1
Rencana
Anggaran Biaya Penelitian
No
|
Jenis Biaya yang Dikeluarkan
|
Biaya
yang Diusulkan (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Honor
Peneliti
|
9,600,000
|
|
2.
|
Bahan
habis Pakai dan Peralatan Penunjang
|
7,845,000
|
|
3.
|
Perjalanan
|
18,000,000
|
|
4.
|
Lain-lain
(Laporan)
|
122,000
|
|
|
Jumlah
|
35,567,000
|
|
Uraian dari
masing-masing jenis pengeluaran biaya penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.
Jadwal Penelitian
Penelitian ini
direncanakan berlangsung selama 6 bulan sejak informasi proposal lolos seleksi
diterima oleh peneliti. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel
4.2.
Rencana
Jadwal Kegiatan
No
|
Jenis Kegiatan
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
Sept.
|
Okt.
|
||||||||||||||||||
Minggu ke
|
Minggu ke
|
Minggu ke
|
Minggu ke
|
Minggu ke
|
Minggu ke
|
||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pengurusan
Ijin Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Sosialisasi
dengan Tokoh-tokoh, Cendekiawan, dan masyarakat pemeluk Aluk Todolo
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pengumpulan
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pengolahan
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Penyusunan
Draft Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Presentasi
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Penyusunan
Laporan Hasil Penelitian Final
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Diseminasi
Laporan Hasil Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Bungin,
Burhan, 2003. Analisi Data Penelitian
Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model
Aplikasi. Edisi Pertama, Cetakan Ke–2. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Bungin,
Burhan, 2010. Penelitian Kualitatif :
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Pertama,
Cetakan Ke–4. Jakarta : Kencana.
Connolly,
Peter (ed.), 2002. Aneka Pendekatan Studi
Agama. Penerjemah : Imam Khoiri. Yogyakarta : LKiS.
Duija,
I Nengah, 2011. “Satua Bali dalam Buku Karya I Gusti Ngurah Bagus (Analisis
Aspek Sosio Budaya)”. Laporan Hasil Penelitian; belum diterbitkan. Denpasar :
IHDN Denpasar.
Herusatoto. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.
Koentjaraningrat,
1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta:
Dian Rakyat.
Mashuri,
2012. “Perwujudan Kosmologi pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja. Dalam Journal of Architecture, Volume 1 Nomor
1, Pebruari 2012. Halaman 1–10. Palu : Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako
Palu.
Nanduq,
Ferdinandus, 1995. “Pemalak manuk a’pak
di Pol–Mas”. Dalam Warta Hindu Dharma.
Nomor 344, Edisi Desember 1995. Halaman
: 35–37. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Nanduq,
Ferdinandus, 2004a. “Bombo Tomate”.
Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor 444, Edisi Pebruari 2004. Halaman : 10–13;
dan 19. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Nanduq,
Ferdinandus, 2004b. “Tomasagala”.
Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor 446, Edisi April 2004. Halaman : 32–35.
Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Nanduq,
Ferdinandus, 2004c. “Tuhan dalam Persepsi Masyarakat Hindu Toraja Barat”. Dalam
Raditya. Majalah Hindu Nomor 84, Edisi Juli 2004. Halaman : 46–48. Denpasar
: Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Nanduq,
Ferdinandus, 2005. “Makna Sesajen dalam
Ma’toratu”. Dalam Warta Hindu Dharma.
Nomor 456, Edisi Januari 2005 dan Nomor
457, Edisi Pebruari 2005. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Pudja,
G., 1985. Pengantar Agama Hindu untuk
Perguruan Tinggi. Jilid I, Cetakan I. Jakarta : Mayasari.
Sugiyono,
2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung
: Alfabeta.
Samuel,
Simon, 1987a. “Keyakinan Hindu Toraja Terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor 236, Edisi Pebruari 1987. Halaman : 12–14.
Denpasar : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Samuel,
Simon, 1987b. “Mengenal Adanya Deata-Deata”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor
240, Edisi Juni 1987. Halaman : 27–30. Denpasar : Parisada Hindu Dharma
Indonesia Pusat.
Samuel,
Simon, 1988. “Mengenal Adanya Roh Leluhur”. Dalam Warta Hindu Dharma. Nomor
247, Edisi Januari 1988. Halaman : 20–24. Denpasar : Parisada Hindu
Dharma Indonesia Pusat.
Tim
Penyusun, 1994. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Ed. 2 Cet. 3. Jakarta : Balai Pustaka.
Titib,
I Made, 1998. Veda Sabda Suci : Pedoman
Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita.
Toriki,
Pransiska Archivianti dan Nurini, 2012. “Kajian Struktur dan Pola Ruang
Berdasarkan Budaya Lokal di Perkampungan Ke’te Kesu, Kabupaten Toraja Utara”.
Dalam Jurnal Teknik PWK, Volume I
Nomor 1; 2012. Halaman 36–45. Semarang : Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN
Lampiran
1 : Justifikasi Penggunaan Anggaran Biaya :
1.
HONOR
|
||||
Peneliti
|
Bulan
|
Waktu
(Jam/bulan)
|
Honor/Jam
(Rp)
|
Jumlah Honor
(Rp)
|
Peneliti
|
6
|
40
|
40,000
|
9,600,000
|
Sub Total (Rp)
|
9,600,000
|
|||
2.
PERALATAN
PENUNJANG
|
||||
Material
|
Justifikasi
Pemakaian
|
Volume
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Jumlah Biaya
|
- Tape
Recorder Kecil
|
Pengumpulan
Data
|
1 buah
|
1,500,000
|
1,500,000
|
-
Camera Digital
|
Pengumpulan
Data
|
1 buah
|
2,000,000
|
2,000,000
|
Sub Total (Rp)
|
3,500,000
|
|||
3.
BAHAN HABIS
PAKAI
|
||||
Material
|
Justifikasi
Pemakaian
|
Volume
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Jumlah Biaya
|
-
Kertas HVS 70 gram
|
Pengolahan
data, Laporan
|
5 rim
|
40,000
|
2,000,000
|
-
Pulpen Snoman
|
Pengumpulan
Data
|
1 Box
|
30,000
|
30,000
|
-
Tinta printer HP Laser Jet
|
Draf
laporan, laporan Final
|
1 buah
|
850,000
|
850,000
|
-
Refil Toner HP Laset Jet + ganti drum
|
Draf
laporan, laporan Final
|
1 buah
|
260,000
|
260,000
|
-
Map dan holder
|
Pengumpulan
dan pengolahan data
|
3 buah
|
50,000
|
150,000
|
-
Biaya Fotocopy
|
Draf
laporan, laporan Final
|
1 paket
|
-
|
1,000,000
|
-
Kaset Rekap Kosong
|
Pengumpulan
Data
|
3 buah
|
10,000
|
30,000
|
-
Baterai
|
Pengumpulan
Data
|
5 box
|
5,000
|
25,000
|
Sub Total (Rp)
|
4,345,000
|
|||
4.
PERJALANAN
|
||||
Material
|
Justifikasi
Pemakaian
|
Volume
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Jumlah Biaya
|
-
Biaya Transportasi
|
Pengurusan
Ijin Penelitian
|
1 Keg. (PP)
|
3,500,000
|
3,500,000
|
-
Biaya Transportasi
|
Pengumpulan
Data
|
2 Keg. (PP)
|
3,500,000
|
7,000,000
|
-
Biaya Transportasi
|
Konfirmasi
Kesahihan Data
|
1 Keg. (PP)
|
3,500,000
|
3,500,000
|
-
Akomodasi
|
Pengurusan
Ijin Penelitian, Pengumpulan Data
|
10 OH
|
400,000
|
4,000,000
|
Sub Total (RP)
|
18,000,000
|
|||
|
||||
-
Draf Laporan
|
Penjilidan
|
4 Eks
|
9,000
|
36,000
|
-
Laporan Final
|
Penjilidan
|
4 Eks
|
9,000
|
36,000
|
-
Pengiriman Laporan
|
Biaya
TIKI
|
1 Paket
|
50,000
|
50,000
|
Sub Total (Rp)
|
122,000
|
|||
TOTAL BIAYA
DIPERLUKAN SELURUH BULAN (Rp)
|
35,567,000
|
Lampiran
2 : Biodata Peneliti
A. Identitas Peneliti
1.
|
Nama
Lengkap
|
Ferdinandus
Nanduq, M.Ag.
|
L
|
2.
|
Jabatan
Fungsional
|
Lektor
|
|
3.
|
Jabatan
Struktural
|
Sekretaris
LP2M
|
|
4.
|
Pangkat
dan Gol.
|
Penata
Tk. I / III.d
|
|
5.
|
NIP
|
19750304
200003 1 001
|
|
6.
|
NIDN
|
2404037501
|
|
7.
|
Tempat
dan Tanggal Lahir
|
Kondo,
4 Maret 1975
|
|
8.
|
Alamat
Rumah
|
Jl.
Raya Denpasar – Singaraja, Gang Mawar; Banjar Sayan Baleran, Desa Werdhi
Buwana, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung, Propinsi Bali
|
|
9.
|
Telepon
/ HP
|
0361
8765491
|
|
10.
|
Alamat
Kantor
|
Jl.
Ratna Nomor 51 Denpasar
|
|
11.
|
Telp/Fax.
|
(0361)
226656
|
|
12.
|
Alamat
e-mail
|
||
13.
|
Lulusan
yang telah dihasilkan
|
S1=
22 orang; S2 = 4 orang
|
|
14.
|
Mata
Kuliah Yang Diampuh
|
1.
Sosiologi Hindu
|
|
2.
Sosiologi Agama
|
|||
3.
Nitisastra
|
|||
4.
Tata Susila
|
B.
Riwayat
Pendidikan
|
S–1
|
S–2
|
Nama
Perguruan Tinggi
|
STAH
Parama Dharma Denpasar
|
IHDN
Denpasar
|
Bidang
Ilmu
|
Pendidikan
Agama Hindu
|
Pendidikan
Agama Hindu
|
Tahun
Masuk–Lulus
|
1997–1999
|
2004–2006
|
Judul
Skripsi/Tesis
|
Kajian
Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu pada Episode Penyerahan Trompah Ceritera
Ayodhya Kanda
|
Pembelajaran
Agama Hindu di SMA Negeri 1 Denpasar : Perspektif Multikultural
|
Dosen
Pembimbing
|
1.
Drs. I Made Rada Legawa
|
1.
Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA
|
2.
Drs. I Nyoman Linggih
|
2.
Drs. I Ketut Tanu, M.Si.
|
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun
Terakhir
No
|
Tahun
|
Judul Penelitian
|
Pendanaan
|
|
Sumber
|
Juta
(Rp)
|
|||
1.
|
2008
|
Pendidikan
Seks dalam Ajaran Agama Hindu (Kajian Lontar Rahasya Sanggama)
|
DIPA IHDN Denpasar
|
9
|
2.
|
2012
|
Pendidikan
Nilai Agama Hindu dalam Keluarga Menurut Lontar di Bali
|
DIPA IHDN Denpasar
|
10
|
D. Pengalaman Pengabdian kepada
Masyarakat
No
|
Tahun
|
Judul Pengabdian kepada
Masyarakat
|
Pendanaan
|
|
Sumber
|
Juta
(Rp)
|
|||
1.
|
2009
|
Tim
Pemantau Ujian Nasional di SMA Negeri 1 Nusa Penida, pada Bulan April 2009
|
Depdiknas
|
-
|
2.
|
2009
|
Assesor
Sertifikasi Guru dalam Jabatan, LPTK Rayon IHDN Denpasar di Hotel Taman
Wisata Denpasar, pada Tanggal 25-27 Juli 2009
|
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
|
-
|
3.
|
2010
|
Pengawas
Tingkat Satuan Pendidikian Ujian Nasional di Kabupaten Klungkung, pada Bulan April
2010
|
Depdiknas
|
-=
|
4.
|
2010
|
Assesor
Sertifikasi Guru dalam Jabatan, LPTK Rayon IHDN Denpasar
|
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
|
-
|
5.
|
2010
|
Dharma
Wacana Interaktif di Bali TV; Tema : Pelestarian Alam Menurut Agama
Hindu/Tumpek Wariga, pada tanggal 16 April 2010.
|
LPM IHDN Denpasar
|
-
|
6.
|
2011
|
Tim
Pengawas Tingkat Satuan Pendidikan
Ujian Nasional SMA/MA Dan SMK, Di Kabupaten Klungkung, pada tanggal
17-22 April 2011
|
Kemendiknas
|
-
|
7.
|
2011
|
Narasumber
Interaktif Harmoni Bali di Bali TV; Topik : Pagerwesi, pada tanggal 29 April
2011.
|
LPM IHDN Denpasar
|
-
|
8.
|
2011
|
Assesor
Sertifikasi Guru dalam Jabatan, LPTK Rayon IHDN Denpasar, pada tanggal 5-14
September 2011
|
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
|
-
|
9.
|
2012
|
Assesor PLPG LPTK Rayon IHDN Denpasar, pada bulan
April –Mei 2012
|
Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI
|
-
|
10.
|
2013
|
Assesor PLPG LPTK Rayon IHDN Denpasar, pada bulan
Sept. –Oktober 2013
|
DIPA IHDN Denpasar
|
-
|
E.
Pengalaman
Penulisan Artikel Ilmiah
|
|
|
Pendanaan
|
|
|
|
|||
No
|
Tahun
|
Judul Artikel
Ilmiah
|
Volume /
Nomor
|
Nama Jurnal
|
1.
|
2009
|
Pendidikan
Seks dalam Ajaran Agama Hindu (Kajian Lontar Rahasya Sanggama)
|
Vol. III No. 2, September 2009
ISSN :
1978-0982
|
Jurnal Ilmiah
Vyavahara Duta
|
2.
|
2012
|
Pendidikan
Nilai Agama Hindu dalam Keluarga Menurut Lontar di Bali
|
Vol.
ISSN :
1979-6935
|
Jurnal
Penelitian Agama
|
Semua
data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian
biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penelitian kompetitif Tahun 2014.
Denpasar,
17 Maret 2014
Yang
membuat,
Ferdinandus
Nanduq, M.Ag.
NIP.
19870304 200003 1 001
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda